Imam Hartono Bangun
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
[email protected]
Tanah alkalis, sering disebut sebagai tanah basa, adalah jenis tanah yang memiliki pH tinggi (antara 8.5 hingga 10). Tanah ini juga mengandung karbonat dan bikarbonat bebas, memiliki tingkat kalsium yang rendah, struktur tanah yang buruk, dan kapasitas infiltrasi yang terbatas. Tanah alkalis sangat umum ditemui di daerah dengan iklim semi-arid dan arid, dan mereka meliputi lebih dari 25% dari permukaan bumi.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi petani di tanah alkalis adalah ketersediaan nutrisi yang terbatas. Tingkat pH yang tinggi dapat memengaruhi ketersediaan berbagai nutrisi penting bagi tanaman. Berikut adalah beberapa dampak dari tanah alkalis terhadap ketersediaan nutrisi:
- Pembatasan Kelarutan Fosfor: Tanah alkalis dapat membentuk senyawa kalsium-fosfor yang kurang larut, menghambat penyerapan fosfor oleh tanaman.
- Pelepasan Potasium yang Mendalam: Persaingan ion natrium (Na) dan kalsium (Ca) di tanah alkalis dapat menyebabkan pelepasan kalium (K) ke lapisan tanah yang lebih dalam, menjauhkannya dari zona akar tanaman.
- Penurunan Ketersediaan Mikronutrien: Tanah alkalis juga dapat mengurangi ketersediaan mikronutrien seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan seng (Zn) untuk tanaman.
- Volatilisasi Nitrogen: Tingkat pH yang tinggi dapat menghasilkan volatilisasi nitrogen, yang berarti nitrogen yang tersedia untuk tanaman menjadi terbuang begitu saja.
Untuk mengatasi tantangan ini, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen tanaman di tanah alkalis:
- Penambahan Bahan Organik: Menambahkan bahan organik ke dalam tanah dapat membantu mengurangi tingkat pH dengan menghasilkan reaksi asam selama dekomposisi. Kompos dan pupuk hijau adalah contoh bahan organik yang dapat digunakan.
- Aplikasi Kapur dan Gipsum: Aplikasi kapur dapat membantu menaikkan pH tanah yang terlalu rendah, sedangkan gipsum dapat membantu mengendalikan kelarutan kalsium dan memperbaiki struktur tanah.
- Aplikasi Asam Sulfat: Untuk mengurangi pH tanah yang sangat tinggi, aplikasi asam sulfat dapat efektif.
- Peningkatan Drainase dan Irigasi: Meningkatkan sistem drainase dan irigasi tanah dapat membantu mengurangi akumulasi garam dan mengontrol tingkat kelembaban tanah.
- Penggunaan PGPR dan Molase: PGPR (Promoting Growth-Promoting Rhizobacteria) adalah mikroorganisme yang menguntungkan yang dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk tanaman. Penambahan molase dapat memberikan sumber energi tambahan untuk mikroorganisme yang menghasilkan asam organik yang membantu menurunkan pH tanah.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, petani dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mengelola tanaman di tanah alkalis. Ini akan membantu memastikan ketersediaan nutrisi yang optimal bagi tanaman, meningkatkan hasil panen, dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Dalam menghadapi permasalahan tanah alkalis dengan pH yang tinggi, petani dapat menerapkan beragam langkah untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Salah satunya adalah dengan menambahkan bahan organik ke tanah, menggunakan kapur, gipsum, dan asam sulfat, serta meningkatkan sistem drainase dan irigasi. Selain itu, pemanfaatan mikroorganisme seperti PGPR dan penambahan molase juga dapat membantu mengatasi masalah pH dan meningkatkan hasil pertanian. Dengan menggabungkan berbagai upaya ini, manajemen tanaman yang efektif pada tanah alkalis dapat membantu petani mengoptimalkan produktivitas lahan pertanian mereka di tengah tantangan lingkungan yang khas ini.
Daftar Pustaka
Bhardwaj, A. K., Rajwar, D., & Nagaraja, M. S. (2021). Soil fertility problems and management. Managing salt-affected soils for sustainable agriculture. ICAR, New Delhi, 386-407.