Imam Hartono Bangun, Affan Chahyahusna, Deno Okalia, Desi Arisanti
Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Tanah, Departmen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, IPB University
[email protected]
Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi terbanyak ke 4 setelah china, India, dan amerika serikat. Pada tahun 2022 badan pusat statistik (BPS) Indonesia merilis jumlah penduduk di Indonesia mencapai 273 juta jiwa yang meningkat sebesar 9,09% dibandingkan tahun 2021 (BPS, 2022). Jika dilihat dari pertumbuhan populasi di Indonesia pada tahun 2021, pemerintah harus mempersiapkan stategi untuk dapat menjamin ketahanan pangan Indoensia kedepannya. Lahan sawah untuk penanaman padi di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 2,35% dan meningkat Kembali pada tahun 2022 sebesar 1,87% pada tahun 2022. Trend jangka panjang ketersedian lahan pangan (khusus padi) di Indonesia setiap tahunnya menurun.
Data yang digunakan dalam memprediksi trend jangka panjang ketersedian lahan pangan yaitu data luas lahan pangan 5 tahun terakhir dan di dapatkan rata – rata penurunan sebesar 1,8% setiap tahunnya. Berdasarkan data prediksi yang telah di peroleh diketahui bahwa pada tahun 2045 ketersediaan lahan pangan di Indonesia hanya sekitar 8.622.827 ha (angka prediksi), dengan demikian keadaan pangan di Indonesia akan teracam akibat keterbatasan pangan. Namun pada tahun 2019 lalu pemerintah sudah mencari berbagai alternatif yaitu dengan pemukaan lahan baru dalam program food esteate dan perlindungan lahan sawah melaluli Peraturan Peresiden Nomor 59 tahun 2019 tentang pengendalian alih fungsi lahan sawah.
Bercermin pada data produksi padi nasional pada tahun 2015-2020 bersifat flutuatif dengan total produksi padi pada tahun 2020 mencapai 54,7 juta ton GKG, naik 0,12 juta ton GKG dibandingkan tahun 2019. Sedangkan produksi padi di Indonesia sepanjang Januari − September 2022 sebesar 45,43 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 85,47 ribu ton GKG (0,19 persen) dibandingkan Januari − September 2021 yang sebesar 45,52 juta ton GKG. Sementara itu, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil survei KSA September 2022, potensi produksi padi sepanjang Oktober −Desember 2022 ialah sebesar 10,24 juta ton GKG. Dengan demikian, total produksi padi pada 2022 diperkirakan sebesar 55,67 juta ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 1,25 juta ton GKG (2,31 persen) dibandingkan 2021 yang sebesar 54,42 juta ton GKG. Produksi padi tertinggi pada 2021 dan 2022 terjadi di bulan Maret. Sementara produksi padi terendah pada 2022 terjadi di bulan Januari dan produksi padi terendah pada 2021 terjadi pada bulan Desember. Produksi padi pada Maret 2022 yaitu sebesar 9,54 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Januari 2022 sebesar 2,46 juta ton GKG.
Sedangkan untuk tahun 2023, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan kementerian Pertanian memiliki empat program kerja untuk meningkatkan produktivitas pertanian serta transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan pada tahun 2023. Target produksi beberapa komoditas utama kementerian pertanian pada 2023, salah satunya peningkatan produksi padi pada tahun 2023 sebesar 54,50 juta ton. Perkembangan pola konsumsi pangan pokok (pangan sumber karbohidrat), masih didominasi oleh kelompok padi – padian terutama beras dan terigu, sedangkan kontribusi umbi – umbian masih rendah. Posisi beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai bahan makanan utama disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk yang semakin besar.
Berdasarkan data hasil sensus nasional yang dilakukan oleh BPS, konsumsi beras per kapita cenderung menurun yakni dari 107,71 kg/kapita/tahun pada tahun 2002 menjadi 93,78 kg/kapita/tahun pada tahun 2020 (susenas – BPS, 2002 dan 2020). Penurunan laju pertumbuhan ini kemungkinan terjadi karena meningkatnya kesadaran tentang diversifikasi pangan, pengembangan bahan pangan pokok lokal atau meningkatnya konsumsi pangan turunan dari terigu (seperti mie dan roti). Berdasarkan hal ini maka total konsumsi domestik beras Indonesia akan terus meningkat walaupun per kapitanya menunjukkan penurunan.
Total konsumsi beras selama periode tahun 2002 – 2020 cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2003, 2008, 2011, 2015 dan 2016 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,65%, 4,84%, 2,11%, 1,15% dan 2,26% dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata konsumsi beras selama periode 2002 – 2020 sebesar 1,93 kg/kapita/minggu atau setara dengan 100,90 kg/kapita/tahun dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0,73% per tahun. Konsumsi beras tertinggi terjadi pada tahun 2003 yang mencapai 108,42 kg/kapita/tahun. Namun, konsumsi beras cenderung mengalami penurunan hingga pada tahun 2020 menjadi sebesar 94,02 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2023 diprediksi konsumsi beras turun sebesar 0,78% atau menjadi 92,20 kg/kapita/tahun.
Rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi menjadi penting. Berdasarkan data BPS (2022)pertambahan jumlah penduduk Indonesia sebesar 9,09% dibandingkan tahun 2021 dan presentase pertambahan pendudukselama 7 tahun terakhir sejak tahun 2015 yaitu sebesar 1.09% diproyeksikan jumlah penduduk Indonesia akan berjumlah sekitar 300 juta jiwa pada tahun 2030.
Jumlah ketersediaan lahan pangan Indonesia pada tahun 2015 sebesar 8.087.393 hapada tahun 2019 lahan sawah baku indonesia sebesar 7.463.948 hektar, artinya berkurang 1.93% per tahun, dan diproyeksikan lahan sawah Indonesia pada tahun 2030 seluas 6.025.628 hektar. Hasil perhitungan tahun 2022 menunjukkan luas lahan pangan per kapita Indonesia adalah sebesar 279.64 m2 per kapita dan diproyeksikan akan berkurang hingga hanya 200.31 m2 per kapita pada tahun 2030.
Kesimpulan
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara hinga perseorangan, tercermin dari tersedianya pangan yang cukup. Ketahanan pangan tersebut harus mencakup baik jumlah maupun kualitas dari bahan pangan tersebut. Untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan suatu wilayah beserta faktor – faktor pendukungnya, telah dikembangkan suatu sistem penilaian dalam bentuk indeks ketahanan pangan (IKP) yang mengacu pada definisi ketahanan pangan serta subsistem yang membentuk sistem ketahanan pangan (Badan Ketahanan Pangan 2018). Hasil diskusi yang dilakukan berdasarkan trend data luas lahan, produksi, jumlah penduduk dan konsumsi pangan di Indonesia,sehingga harus dipertahankan untuk keberlanjutan pangan dimasa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2022. Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2021. Badan Pusat Statistik. 2797-7897. 329 hal.
Badan Pusat Statistik, 2022. Luas Panen dan Produksi dan Produktivitas Padi dmenurut Provinsi 2018 – 2022. Badan Pusat Statistik.
Badan Ketahanan Pangan, 2018. Kementerian Pertanian. 2018. Indeks ketahanan pangan Indonesia 2018. Kementerian Pertanian.
Berita Resmi Statistik, 2022. Luas Panen dan Produksi Padi di Indoensia 2022 (angka prediksi). No. 74/10/Th.XXV.Oktober 2022.