Imam – Studi terbaru oleh Han et al. (2024) menyoroti bahwa praktik pengelolaan lahan memengaruhi variasi nitrogen organik tanah, dengan dekomposisi materi organik dan ekskreta hewan memainkan peran kunci. Temuan ini menegaskan bahwa penggembalaan yang moderat dapat meningkatkan kandungan nitrogen tanah dan mengurangi risiko degradasi, sementara optimisasi produksi pertanian-peternakan dapat mendukung pembangunan agroekosistem yang berkelanjutan.

Imam – Kajian terbaru oleh Dang & Morrissey (2024) menyoroti hubungan antara keanekaragaman mikroba tanah dan Efisiensi Penggunaan Karbon (CUE). Temuan mereka menegaskan bahwa komunitas mikroba yang lebih beragam memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mengubah karbon organik menjadi biomassa, menyoroti pentingnya pengelolaan keanekaragaman mikroba untuk meningkatkan penyimpanan karbon tanah.

Andri – Cacing tanah berperan sebagai bioindikator kesuburan tanah karena aktivitasnya dalam dekomposisi bahan organik dan meningkatkan ketersediaan nutrisi, serta sensitif terhadap perubahan lingkungan. Paparan pestisida, logam berat, dan pupuk anorganik dapat memengaruhi populasi dan biomassa cacing tanah, sementara pupuk organik cenderung memberikan manfaat dengan toksisitas yang bervariasi. Pengukuran kepadatan dan biomassa cacing tanah dapat memberikan informasi penting tentang kondisi tanah dan tingkat polusi, mendukung manajemen tanah yang berkelanjutan.

Imam – Cahaya memiliki peran penting dalam mengatur biosintesis senyawa khusus tumbuhan seperti antosianin dan karotenoid, dengan paparan cahaya merah dan jauh-merah meningkatkan produksi antosianin. Regulasi produksi senyawa ini oleh cahaya menggambarkan hubungan yang kompleks antara lingkungan dan biosintesis metabolit tumbuhan, memberikan wawasan penting untuk pengembangan pertanian yang lebih produktif dan terapi berbasis tumbuhan yang lebih efektif.

Imam – Mekanisme produksi metabolit sekunder pada tanaman memungkinkan adaptasi yang dinamis terhadap lingkungan, terpicu oleh berbagai faktor seperti cahaya dan suhu. Regulasi genetik dan epigenetik yang kompleks mengatur produksi metabolit ini, menawarkan wawasan baru untuk aplikasi dalam pertanian dan farmasi. Pemahaman mendalam tentang proses ini dapat membantu dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam dan pengembangan produk-produk inovatif.

Imam – Hormon tumbuhan seperti auksin, GA, ABA, dan etilena memainkan peran kunci dalam tahapan perkembangan dan pematangan buah, dengan auksin dan GA mengatur inisiasi dan pertumbuhan, sementara ABA dan etilena menandai transisi ke fase pematangan. Buah klimaterik seperti tomat dan pisang didorong oleh etilena, sementara buah non-klimaterik seperti strawberry cenderung dipengaruhi oleh ABA, dengan hormon tambahan seperti BR dan metil jasmonat menyempurnakan proses pematangan dalam buah non-klimaterik.

Imam – Pergerakan nitrat dalam tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kehadiran nitrat, permeabilitas tanah, dan aliran air, yang berpotensi memengaruhi pertumbuhan tanaman. Strategi manajemen seperti optimalisasi aplikasi nitrogen, peningkatan kesehatan tanah, dan penerapan irigasi terkontrol dapat membantu meminimalkan pencucian nitrat dan mendukung pertanian yang berkelanjutan serta menjaga kualitas lingkungan. Pemahaman yang baik tentang interaksi antara sifat tanah, dinamika air, dan siklus nitrogen penting untuk menjaga produktivitas tanaman dan lingkungan yang sehat dalam jangka panjang.